I have to say that I am glad that I made the choice of becoming a full-time freelance translator. I don't have to sit for hours in traffic and come home late at night. Although being a translator has its own challenges, especially when it comes to deadline. But I am definitely not quitter. I work morning - night to finish a project. I enjoy translating a document because it gives my brain a work-out and gives me the opportunity to learn different topics that I never knew existed.
Here is a snippet from a book that I translated on motorization in Indonesia :
In recent decades,
the urban population is growing faster
than rural population (Bappenas, 2006)as cities becomes the ‘engine’ of
economic driver in many countries. The economic growth in cities has attracted villagers to migrate to the cities in hope of obtaining a better living. Population growth and migration from rural to urban areas will increase
the burden of urban environment, and at the same time affecting the air quality.
Normally, economic growth is associated with an increase in air pollution. However, this does not
apply to all countries. Some developed countries have managed to reduce air
pollution without limiting
economic growth by implementing strict environmental pollution control
(U.S.EPA, 2002; European Environment Agency, 2005).
On the other hand,
developing
countries that are experiencing economic development, industrial development,
and added movement of people and goods by means of motorized transport, energy
demand will likely increase. This energy demand is generally met
by providing fossil fuel, namely fuel , gas, and coal, which are important sources of air pollution (Suhadi, 2006).
Fossil fuel is expected to remain as a primary energy source to meet the growing need in the next two
decades, even in the midst of developing new nuclear technology and an
aggressive renewable energy (Schwela et al., 2006). This is due to the relatively cheaper price of fossil fuels. However, the price of fossil fuels will be
more expensive in the future and the concerns about energy supply security and
climate change impacts are expected to
increase the use of renewable energy.
Moreover, the world's dependence on fossil fuels to drive the economy, particularly in developing countries continue to increase. This trend will worsen air pollution and create consequences for climate change. Likewise the number
of vehicles that have grown rapidly in Indonesia, an average of 14 percent per year in the last 10
years, from about 19 million in 2000 to 65 million in 2010
will also have environmental consequences (Directorate of Traffic, Indonesian State Police, 2011). An increase in the number of vehicles is generally centralized in the cities,
which is
influenced by the increase in welfare and population.
Exceptions for motor vehicles growth might be applied in some countries that have implemented
strict policies to limit the number of motor vehicles and encourage the use of public transport. Whereas in cities in the developing countries, most of the population relies on
public transportation and non-motorized transportation such as bicycles and
walking. As cities grew and dispersed, the number of trips made by using public transportation declined, and motorcycles take over as an alternative means of transportation because it is affordable for the majority of people who cannot afford a car.
Increase use of
motorcycles has added the rate of motorization rapidly. This
motorization growth will exacerbate congestion and air pollution. If it is not controlled, air pollution in urban areas will increasingly become a
threat causing health
risks, lost of productivity and economic loss. To prevent worsening of air quality in the future,
cities are confronted with the choice to act now or to postpone the control
until economic losses becomes unbearable.
Original Text:
Dalam
beberapa dekade terakhir, jumlah penduduk perkotaan bertambah lebih cepat
dibanding penduduk perdesaan (Bappenas, 2006). Hal ini karena kota-kota menjadi
'mesin' penggerak pembangunan ekonomi di banyak negara. Pertumbuhan ekonomi kota
telah menarik penduduk desa untuk pindah ke kota dengan harapan memperoleh
penghidupan yang lebih baik. Pertumbuhan penduduk dan perpindahan penduduk dari
desa ke kota akan menambah beban lingkungan perkotaan, termasuk mempengaruhi kualitas
udaranya.
Lazimnya,
pertumbuhan ekonomi dikaitkan dengan
pencemaran udara yang meningkat. Namun, hal ini tidak berlaku bagi semua
negara. Beberapa negara maju telah berhasil mengurangi pencemaran udara di
negaranya tanpa perlu membatasi pertumbuhan ekonomi dengan cara menerapkan
pengendalian pencemaran lingkungan yang ketat (U.S.EPA, 2002; European
Environment Agency, 2005).
Di
sisi lain, di negara-negara berkembang, yang mengalami pembangunan ekonomi,
pembangunan industri, dan pertambahan pergerakan manusia dan barang dengan menggunakan
alat angkut bermotor, kebutuhan energi cenderung meningkat. Kebutuhan energi
ini umumnya dipenuhi dengan menyediakan bahan bakar fosil, yaitu bahan bakar minyak,
gas, dan batu bara yang merupakan sumber pencemaran udara yang penting (Suhadi,
2006).
Bahan
bakar fosil diperkirakan akan tetap menjadi sumber energi utama untuk memenuhi
kebutuhan yang semakin meningkat dalam dua dekade ke depan, bahkan di tengah
pengembangan teknologi baru nuklir dan energi terbarukan yang agresif (Schwela dkk., 2006). Ini karena bahan bakar
fosil relatif lebih murah. Namun demikian, harga bahan bakar fosil yang akan
semakin mahal di waktu mendatang dan adanya kekhawatiran soal keamanan pasokan
energi serta dampak perubahan iklim diharapkan akan meningkatkan penggunaan energi
terbarukan.
Terlepas
dari hal itu, ketergantungan dunia terhadap bahan bakar fosil untuk
menggerakkan ekonomi, khususnya di negara-negara berkembang terus meningkat.
Kecenderungan ini akan memperburuk pencemaran udara dan menimbulkan konsekuensi bagi perubahan iklim. Demikian pula halnya
dengan jumlah kendaraan bermotor yang tumbuh sangat pesat di Indonesia,
rata-rata 14 persen per tahun dalam 10 tahun terakhir, dari sekitar 19 juta
pada tahun 2000 menjadi 65 juta pada tahun 2010 (Direktorat Lalu Lintas POLRI,
2011). Pertambahan kendaraan tersebut
umumnya terpusat di kota-kota, yang dipengaruhi oleh meningkatnya kesejahteraan
dan jumlah penduduk.
Pengecualian
pertumbuhan kendaraan bermotor mungkin berlaku bagi beberapa negara yang telah
menerapkan kebijakan-kebijakan yang ketat dengan membatasi jumlah kendaraan
bermotor dan mendorong penggunaan kendaraan umum. Di kota-kota di negara
berkembang, sebagian besar penduduk bergantung pada kendaraan umum dan
transportasi tidak bermotor seperti sepeda dan jalan kaki. Ketika kota-kota
tumbuh dan menyebar, jumlah perjalanan yang dilakukan dengan menggunakan kendaraan
umum menurun, dan sepeda motor mengambil alih sebagai alat angkut alternatif
karena terjangkau oleh sebagian besar penduduk yang tidak mampu memiliki mobil.
Meningkatnya
penggunaan sepeda motor telah menambah laju motorisasi secara pesat.
Pertumbuhan motorisasi ini akan memperparah kemacetan dan pencemaran udara. Jika
tidak dikendalikan, pencemaran udara di perkotaan akan semakin menjadi ancaman yang
menimbulkan kerugian kesehatan, produktivitas dan ekonomi bagi negara. Untuk
mencegah kualitas udara menjadi semakin memburuk di waktu mendatang, kota-kota dihadapkan
pada pilihan apakah bertindak sekarang atau menunda pengendalian hingga biaya
kerugian menjadi sangat besar.
No comments:
Post a Comment